KOMPAS.com - Pengguna ponsel Android lawas rentan terkena serangan peretas dan mata-mata cyber.
Sebabnya, Google selaku pemilik Android ternyata tak lagi menambal
celah keamanan yang terdapat di peramban internet default milik OS
Android versi lawas.
Sebagaimana dikutip Kompas Tekno dari The Wall Street Journal,
Selasa (13/1/2015), seorang peneliti keamanan asal Pakistan bernama
Rafay Baloch beberapa bulan lalu menemukan hal tersebut setelah pihak
Google tak mau menambal celah sekuriti yang ditemukannya.
Tim keamanan Google menyebutkan bahwa raksasa internet pemilik Android itu tak lagi memperbaiki bug keamanan di browser bawaan Android versi 4.3 (Jelly Bean) atau yang lebih awal.
"Kami tak menambal sendiri celah keamanan, tapi memberitahukan masalahnya pada para rekanan," jawab Google menanggapi bug
yang ditemukan Baloch. Penanganan masalah keamanan dalam hal ini
diserahkan kepada para partner. Google sendiri akan ikut menyalurkan patch yang dibuat oleh rekanannya.
Padahal,
Google masih mau memperbaiki celah yang ditemukan Baloch pada September
2014. Berarti kebijakan tersebut terhitung masih baru diterapkan.
Adapun celah keamanan yang ditemukan di browser internet di Android 4.4 Kitkat dan Android 5.0 Lollipop masih akan terus diperbaiki oleh Google.
Tetapi, itu berarti browser
internet default di duapertiga atau lebih dari satu miliar perangkat
Android yang beredar sekarang telah "ditelantarkan" oleh Google. Celah
keamanan bisa menimbulkan bahaya yang nyata apabila diketahui oleh
hacker dan tidak ditambal.
Peneliti senior Tod Beardsley dari
firma keamanan Rapid 7 menyayangkan langkah Google. "Yang tidak
dipertimbangkan masak-masak oleh Google adalah biaya-biaya yang
ditimbulkan oleh langkah tersebut," kata Beardsley yang bekerjasama
dengan Baloch dan Google dalam masalah ini.
Beardsley beralasan
bahwa banyak pengguna membeli perangkat Android lawas untuk menghemat
uang. Di samping itu, tak semua rekanan Google rajin menyalurkan update software.
0 komentar:
Post a Comment