KOMPAS.com - Produsen arloji dalam waktu dekat ini akan
kedatangan pesaing baru dari industri teknologi yang sedang fokus
mengembangkan perangkat pintar yang bisa dipakai di tubuh manusia (wearable device), termasuk jam tangan pintar.
Sejumlah
perusahaan teknologi besar telah membuat jam tangan pintar, termasuk
Samsung, Sony, Motorola, dan LG. Google selaku pembuat Android, sudah
membuat sistem operasi khusus untuk wearable device, yaitu Android Wear.
Dalam
waktu dekat, Apple juga akan meluncurkan produk perangkat keras dan
perangkat lunak serupa yang besar kemungkinan diberi nama iWatch pada
akhir 2014. Jam tangan pintar itu dibekali sejumlah fitur canggih
seperti dapat mendeteksi tekanan darah, denyut nadi, jumlah langkah,
kalori yang terbakar, hingga menampilkan informasi kebugaran.
Kedatangan jam tangan pintar ke pasar ini dirasakan sebagai ancaman bagi sejumlah produs
en jam tangan tradisional.
Terlebih,
para eksekutif yang sebelumnya bekerja di industri fesyen, kini mulai
mendapat tawaran kerja dari perusahaan teknologi untuk mengembangkan
produk jam tangan atau wearable device lain.
Sekitar
setahun yang lalu, Apple merekrut CEO rumah mode Yves Saint Laurent,
yakni Paul Deneve, untuk mengerjakan sebuah "proyek spesial." Kemudian
pada Oktober 2013, giliran Burberry yang harus kehilangan sang CEO,
Angela Ahrendts, karena mendapat tawaran bergabung dengan Apple sebagai
wakil presiden senior untuk retail dan online.
Terakhir,
Apple membajak Partick Pruniaux, yang sudah tujuh tahun terakhir
bekerja sebagai wakil presiden urusan penjualan di perusahaan pembuat
arloji mewah Tag Heuer.
Jean-Claude Biver, kepala merek arloji di
kelompok bisnis produk barang mewah LVMH Moet Hennessy Louis Vuitton,
meyakini bahwa jam tangan pintar seperti milik Apple harus dianggap
sebagai ancaman serius bagi industri jam tangan di Swiss.
"iWatch
akan memiliki status simbol kekuasaan yang sama seperti banyak produk
Apple lainnya. Saya pribadi percaya itu memiliki potensi ancaman bagi
industri dan tidak seharusnya kita sekadar diam dengan menyilangkan
lengan," ujar Biver seperti dikutip dari Reuters.
Namun,
menurut analis Jon Cox dari lembaga finansial Kepler Cheuvreux di
Zurich, Swiss, jam tangan pintar belum bisa menggantikan arloji mekanik
mewah buatan Swiss yang dijual 5.000 dollar AS. Jam tangan pintar
dinilai hanya menjadi koleksi tambahan bagi para pengejar prestise.
"Jika
Anda seorang bankir muda yang sukses, Anda mungkin mampu memiliki
keduanya. Tapi sebuah arloji Swiss benar-benar adalah diri Anda sehingga
orang lain dapat dengan jelas melihat bahwa Anda kaya, sementara Anda
tidak mendapatkan faktor 'wow' yang sama dengan jam tangan pintar,"
katanya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald.
Risiko
terbesar, menurut Cox, jam tangan pintar akan mengancam merek arloji
kelas menengah seperti Swatch dan Tissot. Jika semakin banyak jam tangan
pintar yang dijual di sekitar 200 sampai 400 dollar AS, maka akan
bersaing langsung dengan kedua merek itu.
Produsen arloji mekanik
dan digital pun tidak tinggal diam menghadapi inovasi yang terus
dilakukan perusahaan teknologi. Swatch dan Casio, misalnya, terus
berusaha membuat jam tangan yang interaktif dengan altimeter dan kompas
elektronik yang mengincar para petualang dan penyelam.
Jam tangan pintar dan wearable device diprediksi akan menjadi tren komputasi masa depan setelah perangkat mobile. Tak heran jika banyak perusahaan teknologi, yang berinvestasi besar untuk penelitian dan pengembangan wearable device. Casio asal Jepang juga mengaku siap untuk masuk dalam bisnis jam tangan pintar.
0 komentar:
Post a Comment