Rangkaian listrik
adalah hubungan beberapa alat listrik yang membentuk suatu sistem
kelistrikan. Rangkaian listrik dengan aliran arus listrik merupakan rangkaian listrik tertutup dan rangkaian listrik tanpa aliran listrik merupakan rangkaian listrik terbuka. Berikut gambar yang dimaksud dengan rangkaian listrik terbuka dan rangkaian listrik tertutup.
Rangkaian Listrik Terbuka Dan Tertutup
Pada gambar rangkaian listrik terbuka
lampu tidak menyala karena tidak ada aliran muatan listrik pada
penghantar sebab saklar dibuka, sering disebut rangkaian terbuka.
Sedangkan pada gambar rangkaian listrik tertutup
lampu menyala karena ada aliran muatan listrik sebab saklar tertutup,
sering disebut rangkaian tertutup. Jadi, arus listrik mengalir hanya
pada rangkaian tertutup.
Arus listrik muncul ketika
elektron-elektron bergerak dari potensial rendah ke potensial tinggi.
Arah gerakan elektron ini berlawanan dengan arah arus listrik. Jadi,
akibat pergerakan elektron-elektron ini, muncul arus listrik yang
arahnya dari potensial tinggi ke potensial rendah.
Pada rangkaian tertutup, sumber tegangan
dapat menimbulkan beda potensial dalam rangkaian. Dengan adanya
perbedaan potensial ini elektron-elektron terdorong untuk bergerak dari
potensial rendah (kutub -) ke potensial tinggi (kutub +). Kondisi ini
akan menimbulkan arus listrik dalam rangkaian yang arahnya dari
potensial tinggi (kutub +) ke potensial rendah (-).
Kuat Arus Pada Rangkaian Listrik
Besar atau kecilnya muatan listrik yang
mengalir pada suatu penghantar tiap sekon disebut kuat arus listrik.
Kuat arus listrik dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan
amperemeter. Amperemeter disusun secara berurutan (seri) dalam rangkaian listrik, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Amperemeter yang biasa digunakan di laboratorium sekolah adalah sebagai berikut.
- Amperemeter yang terdiri atas basikmeter ditambah shunt (ammeter).
- Avometer singkatan dari ampere, volt, ohmmeter. Bila chanel ditunjukkan pada huruf A, maka yang terukur oleh avometer adalah kuat arus.
- Untuk amperemeter yang ada di dalam kit listrik, bila plat yang dapat digeser menutupi huruf V, maka huruf A yang terlihat berfungsi sebagai ammeter.
Cara membaca skala pada amperemeter
adalah sebagai berikut. Setelah amperemeter terpasang pada rangkaian dan
saklar ditutup, maka arus listrik mengalir dan jarum amperemeter
menunjuk angka tertentu sesuai dengan besar arus yang terukur. Misalnya
amperemeter akan digunakan untuk mengukur kuat arus maksimum satu
ampere, maka masing-masing ujung kabel dimasukkan ke angka nol dan satu.
Bila jarum menunjukkan angka tertentu, misalnya angka 40 skala bawah atau 20 skala atas, maka besar arus listrik adalah :
dan untuk skala atas kuat arus besarnya :
Pada rangkaian percobaan pertama lampu
pijar menyala dan jarum amperemeter menyimpang. Hal itu menunjukkan
bahwa arus mengalir melalui lampu pijar. Kuat arus yang melalui lampu
pijar diukur dengan amperemeter, dan satuan kuat arus adalah ampere.
Apakah yang dimaksud 1 ampere itu? 1 ampere adalah besar muatan listrik 1
Coulumb yang mengalir melalui penghantar setiap 1 sekon. Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
Dimana:
q = muatan listrik (c = Coulomb)
t = waktu (sekon)
I = kuat arus listrik (C/s atau A)
t = waktu (sekon)
I = kuat arus listrik (C/s atau A)
Satuan kuat arus yang lebih kecil yaitu : miliampere dapat ditulis mA, mikroampere dapat ditulis μA.
Hukum Kirchoff Tetang Arus Listrik
Rangkaian bercabang
Dalam rangkaian bercabang,
kuat arus yang masuk pada titik percabangan sama besar dengan kuat arus
yang keluar dari titik percabangan. Jika kuat arus yang masuk ke titik
percabangan adalah I, dan arus yang keluar dari titik percabangan adalah
I1, I2, I3, dan I4 maka berlaku hubungan:
I = I1+ I2+ I3+ I4
Persamaan ini dikenal sebagai hukum
Kirchoff. Secara fisis dapat diartikan kuat arus yang masuk pada titik
percabangan sama besarnya dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik
percabangan.
Tegangan Pada Rangkaian Listrik
Tegangan listrik sering diistilahkan dengan beda potensial diberi lambang V singkatan dari Voltase yang artinya tegangan.
Arus listrik mengalir dari titik A
melalui lampu ke B karena ada beda potensial. Supaya arus listrik
terus-menerus mengalir, maka muatan yang sampai di B harus dikembalikan
di A dengan menggunakan sumber tegangan. Sedangkan untuk mengembalikan
muatan listrik dari B ke A, sumber tegangan memerlukan energi. Jadi,
beda potensial adalah banyaknya energi yang berfungsi untuk mengalirkan
setiap Coulumb muatan dari satu titik ke titik yang lain.
Apabila energi W, muatan listrik q, maka beda potensial V dapat dirumuskan :
Dimana:
W = energi, satuan Joule
q = muatan, satuan Coulumb
V = Beda Potensial, satuan Volt
q = muatan, satuan Coulumb
V = Beda Potensial, satuan Volt
Dua titik dikatakan mempunyai beda
potensial 1 Volt, apabila sumber tegangan itu mengeluarkan energi
sebesar satu Joule untuk memindahkan muatan listrik sebesar satu Coulumb
dari satu titik ke titik yang lain.
Cara Mengukur Beda Tegangan Listrik (Beda Potensial)
Bagaimana cara mengukur beda potensial?
Ikutilah pembahasan berikut ini! Untuk mengukur beda potensial berbagai
sumber listrik, misalnya baterai atau mengukur tegangan antara
ujung-ujung suatu alat listrik, misalnya lampu digunakan alat ukut yang
disebut Voltmeter. Voltmeter harus dipasang paralel dengan sumber
listrik atau peralatan listrik yang akan diukur tegangannya. Jika kita
hendak mengukur tegangan lampu pijar, digunakan dua utas kabel untuk
menghubungkan paralel kedua ujung lampu pijar (titik A dan B) dengan
kedua terminal Voltmeter, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Untuk mengukur tegangan sumber listrik
arus searah misalnya baterai atau aki, ujung yang potensialnya lebih
tinggi harus dihubungkan ke terminal positif Voltmeter dan potensial
yang lebih rendah dihubungkan ke terminal negatif Voltmeter.
Baterai yang dihubungkan ke Voltmeter
menghasilkan tegangan tertentu yang disebut tegangan sumber. Setelah
dihubungkan dengan lampu maka tegangannya menjadi lebih kecil, tegangan
dalam rangkaian tersebut dikatakan tegangan jepit. Apabila beberapa buah
baterai dirangkai berurutan (secara seri) besar tegangannya adalah
jumlah dari masing-masing tegangan baterai. Misalnya, sebuah baterai
mempunyai tegangan 1,5 Volt, maka 3 buah baterai yang dirangkaikan
secara seri, tegangan sumbernya menjadi 4,5 Volt. Bila ketiga baterai
dirangkai sejajar (paralel), tegangan sumbernya tetap 1,5 Volt tapi
waktu pemakainnya tiga kali lebih lama.
Secara matematis ditulis sebagai berikut:
Etot = n.E ( untuk rangkain seri)
Etot = E ( untuk rangkain paralel)
Dimana:n = jumlah baterai
Hubungan Antara Kuat Arus dan Tegangan Listrik
Hubungan antara kuat arus dengan
tegangan listrik merupakan karakteristik penting yang berkaitan dengan
berbagai peralatan listrik. Bagaimanakah bentuk hubungan arus listrik
dengan tegangan atau beda potensial?
Orang yang pertama kali menyatakan
hubungan kuat arus dengan beda potensial adalah George Simon Ohm.
Pernyataannya dikenal dengan hukum Ohm yang berbunyi: “Hasil bagi beda
potensial dengan kuat arus adalah tetap”.
Hubungan antara kuat arus (I) dan
tegangan (V) merupakan hubungan yang linear, artinya makin besar
tegangan makin besar pula kuat arus, makin kecil tegangan makin kecil
pula kuat arus. Hubungan tegangan dengan kuat arus dapat ditulis sebagai
berikut:
V ~ I (V sebanding I)
Secara umum dapat ditulis :
V = I . C
C adalah konstanta pembanding yang
nilainya selalu tetap untuk berbagai V dan I. Konstanta inilah yang
disebut hambatan sehingga perumusannya menjadi sebagai berikut:
V = I x R
Jadi, hambatan listrik adalah hasil bagi
tegangan (beda potensial antara ujungujung penghantar) dengan kuat arus
yang melalui penghantar tersebut. Jika ditulis dalam bentuk persamaan
adalah sebagai berikut:
R=V/I
Dimana:
R = hambatan, satuannya Ohm
V = tegangan, satuannya Volt
I = kuat arus, satuannya ampere
V = tegangan, satuannya Volt
I = kuat arus, satuannya ampere
R adalah faktor pembanding yang nilainya tetap, inilah yang disebut hambatan atau resistansi.
Penerapan Hukum Ohm dalam Kehidupan Sehari-hari
Alat listrik (misalnya lampu pijar,
seterika listrik) memiliki bagian yang mengalirkan arus listrik yang
disebut elemen pemanas. Pada bola lampu pijar, elemen pemanasnya adalah
filamen listrik yang terbuat dari tungsten. Filamen listrik ini memiliki
hambatan konstan R. Jika bola lampu pijar diberi tegangan V, sesuai
dengan hukum ohm, kuat arus listrik yang mengalir melalui filamen adalah :
I =V/R
Tegangan yang diberikan pada suatu alat
listrik harus disesuaikan dengan tegangan yang seharusnya diperuntukkan
bagi alat itu. Sebagai contoh, jika lampu pijar diberi tegangan yang
melebihi tegangan yang seharusnya, elemen pemanas pada lampu pijar akan
dilalui oleh arus lebih (arus yang melebihi arus yang seharusnya), akan
mengakibatkan elemen pemanas rusak.
Jika tegangan yang diberikan pada alat
listrik lebih kecil daripada tegangan yang seharusnya, maka arus yang
mengalir menjadi kurang. Kondisi ini dapat terjadi pada penggunaan
kompor listrik dengan tegangan lebih rendah, maka arus yang mengalir
juga kurang. Dengan aliran arus yang kurang ini proses pemanasan
elemennya menjadi lambat. Contoh lain yang sering dijumpai adalah
redupnya lampu pijar ketika mengalami penurunan tegangan.
Hambatan Listrik (Resistor)
Komponen listrik yang khusus dibuat
untuk menghasilkan hambatan listrik pada suatu rangkaian disebut
penghambat atau resistor. Jika penghambat dihubungkan pada suatu rangkaian listrik, penghambat mengurangi kuat arus listrik yang mengalir melalui rangkaian listrik
tersebut. Dalam rangkaian-rangkaian yang rumit seperti dalam radio dan
televisi, penghambat digunakan untuk menjaga kuat arus dan beda
potensial pada nilai yang tertentu besarnya agar komponen-komponen
listrik lainnya dalam rangkaian dapat berfungsi secara baik.
Sebuah penghambat sederhana biasanya
dibuat dari kawat nikhrom yang tipis. Beberapa penghambat yang dijual di
pasaran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Pada gambar itu tampak penghambat
variabel tipe berputar yang digunakan sebagai pengatur volume suara
radio. Penghambat variabel yaitu suatu penghambat yang nilai hambatan
listriknya dapat diubah-ubah.
Tipe lain dari penghambat variabel ditunjukkan pada gambar berikut.
Penghambat variabel ini dikenal sebagai
rheostat, dan digunakan untuk mengubah kuat arus listrik yang mengalir
melalui rangkaian listrik. Dengan menggeser posisi kontak luncur,
panjang kumparan kawat yang dihubungkan pada rangkaian listrik berubah,
dan ini mengubah nilai hambatan listrik kumparan kawat.
Akibatnya, kuat arus listrik yang
mengalir dari kutub ke kutub berubah. Pada gambar diatas ditunjukkan
penghambat variabel yang memiliki tiga kutub yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai pembagi tegangan atau potensiometer. Potensiometer
yang dihubungkan dengan baterai dapat memberikan nilai tegangan listrik
mulai dari nol samai dengan tegangan baterai.
Mengukur Hambatan Listrik
Untuk mengukur hambatan listrik
dapat digunakan Ohmmeter. Dengan Ohmmeter besarnya hambatan dapat
langsung dibaca pada skala. Salah satu ciri Ohmmeter adalah adanya tanda
Ω pada skala alat itu. Biasanya Ohmmeter dipasang bersama-sama dengan
Voltmeter dan Amperemeter dalam suatu perangkat alat yang disebut
multimeter atau AVO meter (Ampermeter, Voltmeter, dan Ohmmeter). Dengan
multimeter ini besaran pada rangkaian listrik dapat diukur semua.
0 komentar:
Post a Comment