"Susah Sekali Mengusir Mereka"
JAKARTA, KOMPAS.com — Pengelola Monumen Nasional hampir kehabisan akal mengusir pedagang kaki lima yang tetap berjualan di kawasan tersebut meskipun sudah dilarang. PKL terus masuk dari pintu-pintu Monas yang seharusnya diperuntukkan hanya bagi pengunjung.
"Susah sekali mengusir mereka, saya juga heran. Kalau perlu Monas tutup dua bulan biar bersih dari PKL. Dalam dua bulan itu pengelola tetap kerja, bersih-bersih dan perbaiki semua fasilitas," kata Kepala Unit Pengelola Monas Rini Hariyani, Kamis (23/10/2014).
Ia mengatakan, adanya PKL berpotensi menambah jumlah sampah yang dibuang ke taman. Selain itu, PKL juga membuat pihak pengelola kesulitan untuk menambah fasilitas baru. Misalnya, pengelola sudah mendapat bantuan dari Komunitas Bike to Work untuk jasa penyewaan sepeda di Monas, tetapi karena adanya PKL, hal itu masih sulit diwujudkan.
"Di sini (Monas) kan ada yang menyewakan sepeda-sepeda. Itu liar semua. Giliran kami mau adakan yang resmi jadi susah," kata Rini.
Bercampurnya penyewaan sepeda resmi dan liar akan menyulitkan pengawasan dari pihak pengelola. Dengan demikian, sebelum PKL bersih, Rini menginginkan pengadaan penyewaan sepeda resmi ditunda dulu.
Pengamatan Kompas.com, PKL mulai dari pedagang minuman, peluit, mainan, juru foto, ondel-ondel, hingga penyewaan sepeda, menyebar di seluruh kawasan Monas. Mereka datang sejak pagi hingga Monas ditutup. Sebagian dari mereka bahkan mengemis kepada para pengunjung. "Kak bantuannya, Kak, buat makan saja, Kak," kata seseorang di dalam kostum ondel-ondel.
0 komentar:
Post a Comment