KOMPAS.com - Faktor keamanan sering menjadi alasan para
orangtua untuk tidak mengijinkan anak-anak mereka bermain di luar
rumah. Selain itu, saat ini lebih banyak anak yang keranjingan bermain video games
ketimbang melakukan permainan tradisional di luar ruang. Padahal,
bermain di luar ruang yang terpapar sinar matahari berdampak baik pada
kecukupan vitamin D.
Data penelitian yang dilakukan Dr.Fitra
Ernawati, peneliti dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, pada anak-anak
berusia 1-12 tahun menunjukan, 45 persen anak kekurangan vitamin D.
"Pada anak berusia 1-3 tahun rata-rata kadar vitamin D-nya bagus, tapi
begitu mereka masuk usia sekolah SD-SMP kadarnya makin turun," katanya
dalam acara diskusi yang diadakan oleh Frisian Flag Indonesia di Jakarta
(23/1/14).
Ia menjelaskan, di usia sekolah biasanya anak lebih
banyak beraktivitas di dalam ruangan sehingga kurang terpapar sinar
matahari. "Pada anak desa dan anak kota hasilnya tak jauh berbeda,"
katanya.
Padahal vitamin D memiliki fungsi yang sangat penting
dalam pertumbuhan anak, bukan hanya diperlukan untuk menjaga kadar
kalsium dan fosfor untuk pertumbuhan tulang, vitamin D juga berpengaruh
dalam imunitas anak.
Kegiatan luar ruang yang terpapar sinar
matahari akan membantu proses pembentukan vitamin D lebih baik lagi.
"Memang ada kaitan positif antara waktu main dengan kadar vitamin D.
Makin lama anak bermain di luar ruangan, makin tinggi kadar vitamin
D-nya," kata Fitra.
Ditambahkan oleh Dr.Aman Pulungan, Sp.A,
kekurangan vitamin D merupakan salah satu faktor penghambat tumbuh
kembang anak. Kondisi ini juga akan memengaruhi kualitas generasi
mendatang.
"Banyak wanita yang sejak hamil sudah kekurangan vitamin D sehingga bayinya pun akan kekurangan," ujarnya dalam acara yang sama.
Aman
mengatakan seharusnya kita tak perlu takut sinar matahari. "Berbeda
dengan orang dari ras Kaukasia yang hanya butuh paparan sinar matahari 3
kali sehari masing-masing selama 30 menit. Kalau kita secara genetik
butuh 5 kali lipatnya," ujarnya.
0 komentar:
Post a Comment